Konseling Individu

Konseling Spiritual & Psikologis

Konseling Usada Prana Bali, efektif membahas pikiran dan jiwa.
Membantu individu menghubungkan prinsip dan hukum spiritual dengan situasi yang dialami. Melalui pemrosesan internal untuk mengungkapkan pemahaman dan hubungan yang lebih dalam. Anda akan dibimbing menemukan jawaban anda melalui hukum alam, kebahagiaan, cinta-diri, kebijaksanaan dan pencerahan.


Keyakinan Agama & Spiritualitas


Agama dan spiritualitas seringkali menjadi bagian dari masalah klien, tetapi juga dapat menjadi bagian dari solusi klien. Karena nilai-nilai spiritual dan agama dapat memainkan peran utama dalam kehidupan manusia, nilai-nilai spiritual harus dilihat sebagai sumber potensial dalam terapi daripada sebagai sesuatu yang harus diabaikan. Selama proses penilaian, dapat dipastikan bagaimana keyakinan dan praktik tertentu klien dapat menjadi titik fokus yang berguna untuk eksplorasi.

Keyakinan agama, atau beberapa bentuk spiritualitas pribadi, dapat menjadi sumber makna dan tujuan yang kuat. Bagi beberapa orang, agama tidak menempati posisi kunci, namun spiritualitas pribadi mungkin menjadi kekuatan utama. Nilai-nilai spiritual membantu banyak orang memahami alam semesta dan tujuan hidup kita di bumi ini. Seperti sumber makna potensial lainnya, keyakinan agama atau spiritualitas tampak paling otentik dan berharga ketika memungkinkan kita untuk menjadi manusia seutuhnya. Ini dapat membantu kita berhubungan dengan kekuatan kita sendiri dalam berpikir, merasa, memutuskan, berkeinginan, dan bertindak.

Spiritualitas dan agama merupakan sumber kekuatan, merupakan landasan untuk menemukan makna dalam hidup, dan dapat berperan dalam mempromosikan penyembuhan dan kesejahteraan. Menggali nilai-nilai ini dengan klien dapat diintegrasikan dengan meningkatkan proses terapi.

Konseling dapat membantu klien mendapatkan wawasan tentang cara keyakinan dan nilai inti mereka tercermin dalam perilaku mereka. Klien terkadang menemukan bahwa mereka perlu memeriksa kembali nilai-nilai ini. Kami mengakui bahwa ada banyak jalan menuju pemenuhan kebutuhan spiritual. Bukan peran konselor untuk meresepkan jalur tertentu. Konselor dapat menggunakan keyakinan spiritual dan agama klien mereka untuk membantu mereka mengeksplorasi dan menyelesaikan masalah mereka.

Keterlibatan dalam agama apa pun dapat menciptakan perasaan memiliki dan hubungan kepedulian dengan orang lain. Keyakinan agama dapat memberikan rasa tujuan dan makna hidup yang mendalam. Keyakinan ini dapat menawarkan harapan dalam menghadapi kesulitan dan penderitaan dan dapat menawarkan perspektif ketika kita diliputi oleh masalah hidup. Namun, kami mengakui juga bahwa meskipun banyak orang tidak percaya pada agama, yang penting adalah mereka menjadi manusia yang baik dan bermoral.

Keyakinan agama hanyalah satu tingkat spiritualitas, dan dia mengacu pada nilai-nilai spiritual dasar, yang mencakup kualitas kebaikan, cinta, kasih sayang, toleransi, pengampunan, kehangatan manusia, dan kepedulian. Semua agama memiliki pesan dasar yang sama karena mereka semua menganjurkan nilai-nilai dasar kemanusiaan ini. Spiritualitas sejati menghasilkan membuat orang lebih tenang, lebih bahagia, dan lebih damai, dan itu adalah sikap mental yang dapat dipraktikkan kapan saja.


Bagaimana Konseling Spiritual bekerja?

Saat mendengarkan, konselor spiritual anda akan mengajukan pertanyaan dan merefleksikan pikiran anda kembali. Ini akan membantu anda mengklarifikasi dalam pikiran anda sendiri masalah-masalah yang ada di hadapan anda. 

Konselor spiritual anda tidak menawarkan solusi khusus, sebaliknya, akan didorong untuk menjangkau ke dalam diri anda sendiri ke pemandu batin anda untuk menemukan solusi terbaik. 

Saat anda diingatkan akan potensi dan hubungan batiniah anda, anda akan dibimbing tentang cara menggunakan sumber daya internal untuk menemukan solusi untuk penyembuhan anda. Anda akan melihat bahwa kunci dari setiap masalah adalah kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam hidup anda. 
Konselor akan menunjukkan kepada anda cara mengakses "potensi batin" anda – di mana semua jawaban anda berada, kapan saja dan di mana saja.

Konseling spiritual dan psikologis dapat membantu seseorang menangani banyak topik spiritual pribadi dalam kehidupan seperti kemarahan, ketakutan, depresi, kecemasan dan gangguan lainnya.

Konseling kami, memandang bahwa setiap manusia pada dasarnya mempunyai perasaan rendah diri (inferiority), yaitu perasaan lemah dan tidak berdaya yang timbul sebagai pengalaman dalam interaksinya dengan orang-orang atau lingkungannya. Perasaan tersebut dapat bersumber kepada perbedaan-perbedaan kondisi fisik, psikologis, maupun ataupun sosial.


Tujuan & Fungsi Konseling


Tujuan umum konseling secara individu adalah membantu klien menstrukturkan kembali masalahnya dan menyadari life style serta mengurangi penilaian negatif terhadap dirinya sendiri serta perasaan-perasaan inferioritasnya. Kemudian membantu dalam mengoreksi persepsinya terhadap lingkungan, agar klien bisa mengarahkan tingkah laku serta mengembangkan kembali minat sosialnya.

Adapun tujuan dari konseling perorangan ini adalah sebagai berikut:
  • Tujuan perkembangan, yakni klien dibantu dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya serta mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi pada proses tersebut (seperti kehidupan sosial, pribadi, emosional, kognitif, fisik dan sebagainya). 
  • Tujuan pencegahan, yakni konselor membantu klien menghindari hasil-hasil yang tidak diinginkan. 
  • Tujuan perbaikan, yakni konseli dibantu mengatasi dan menghilangkan perkembangan yang tidak diinginkan.
  • Tujuan penyelidikan, yakni menguji kelayakan tujuan untuk memeriksa pilihan-pilihan, pengetesan keterampilan, dan mencoba aktivitas baru dan sebagainya. 
  • Tujuan penguatan, yakni membantu konseli untuk menyadari apa yang dilakukan, dipikirkan, dan dirasakan sudah baik. 
  • Tujuan kognitif, yakni menghasilkan fondasi dasar pembelajaran dan keterampilan kognitif. 
  • Tujuan fisiologis, yakni menghasilkan pemahaman dasar dan kebiasaan untuk hidup sehat. 
  • Tujuan psikologis, yakni membantu mengembangkan keterampilan sosial yang baik, belajar mengontrol emosi, dan mengembangkan konsep diri positif dan sebagainya.

Fungsi Konseling Spiritual

  1. Fungsi pemahaman. Fungsi pemahaman yaitu fungsi pelayanan konseling individual yang mengarahkan kepada pemahaman klien baik mengenai dirinya maupun lingkungannya. Pemahaman tentang diri yang dimaksud meliputi kepribadian, bakat, minat, dan lain sebagainya. Pemahaman tentang lingkungan mencakup hubungan sosial, dan pemahaman mengenai informasi lain yang dibutuhkan.
  2. Fungsi pencegahan. yaitu fungsi yang membantu klien agar klien terhindar dari berbagai permasalahan fisik dan mental yang mungkin akan timbul, yang dapat mengganggu, menghambat, dan menimbulkan kesulitan. 
  3. Fungsi pengentasan. adalah membantu klien dalam upaya memecahkan permasalahan yang dihadapinya. 
  4. Fungsi pemeliharaan. adalah membantu klien agar memiliki kemampuan untuk memelihara dan mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki.

Teknik-Teknik Konseling 


Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling individu antara lain adalah sebagai berikut:

1. Attending 
Attending merupakan salah satu teknik dalam kegiatan konseling individual. Teknik ini dilakukan oleh Usada Prana Bali dalam upaya membangun rasa aman dan kenyamanan dalam diri klien, sehingga memudahkan klien untuk berekspresi secara bebas. 

Perilaku Attending meliputi kontak mata, gesture, dan bahasa verbal. Kontak mata ketika dalam proses konseling individual diusahakan tetap fokus kepada klien, hal ini bertujuan agar klien merasa bahwa apa yang klien bicarakan benar-benar didengar oleh konselor. 

Gesture adalah bahasa tubuh konselor yang diperlihatkan ketika menghadapi klien seperti ekspresi wajah yang tenang, posisi tubuh agak condong ke arah klien. 

Bahasa verbal yang digunakan dalam proses konseling individual yakni dapat berupa anggukan sebagai tanda persetujuan dan juga sebagai tanda bahwa konselor mendengarkan pembicaraan klien.

2. Empati 
Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berpikir, bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan bersama attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati. Terdapat dua macam empati, yaitu: 
  • Empati primer yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran, keinginan, dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka. 
  • Empati tingkat tinggi yaitu keikutan konselor membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya.

3. Refleksi 
Refleksi adalah keterampilan konselor untuk memantulkan kembali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien berdasarkan pengamatan konselor terhadap bahasa verbal dan nonverbal dari klien. Refleksi ada tiga yaitu refleksi perasaan, refleksi pengalaman dan refleksi pikiran.

4. Eksplorasi 
Eksplorasi adalah suatu keterampilan yang dimiliki oleh konselor yang bertujuan untuk menggali perasaan, pengalaman dan pikiran klien. Teknik ini penting karena sering kali klien menyimpan rahasia sehingga menutup diri dan tidak mampu mengemukakan pendapatnya secara bebas dan terus terang. 

Teknik eksplorasi dilakukan untuk membantu klien agar klien dapat berbicara secara bebas, tanpa rasa takut, tertekan, maupun terancam. Eksplorasi ada tiga macam yaitu eksplorasi perasaan, eksplorasi pengalaman, eksplorasi pikiran.

5. Paraphrasing 
Paraphrasing adalah kemampuan konselor untuk mengemukakan kembali pesan atau inti pembicaraan yang telah diungkapkan oleh klien. 

Paraphrasing ini bertujuan untuk menyamakan persepsi dan pemahaman konselor terhadap apa yang telah diungkapkan oleh klien. Paraphrasing baiknya diungkapkan dengan bahasa dan kata-kata yang sederhana serta kalimat yang mudah dipahami oleh klien. 
Paraphrasing ini merupakan bentuk ringkasan dari ungkapan yang disampaikan oleh klien, dalam penyampaian paraphrasing, konselor melihat respon dari klien.

6. Open Question 
Open Question adalah suatu bentuk pertanyaan yang mana memerlukan jawaban yang berupa sebuah penjelasan. Pertanyaan ini digunakan apabila klien merasa kesulitan dalam mengungkapkan permasalahanya atau ketika konselor menghadapi klien yang tertutup. 

Tujuan pertanyaan ini adalah untuk memperoleh informasi lebih dalam mengenai permasalahan klien. Hal yang harus diperhatikan dalam open question adalah pertanyaan sebaiknya tidak menggunakan kata "kenapa" atau "mengapa" hal ini dikarenakan pertanyaan dengan menggunakan kata tersebut dapat membuat klien merasa kesulitan dalam menjawab pertanyaan sehingga klien akan tertutup.

7. Closed Question 
Dalam proses konseling individual, tidak hanya memerlukan pertanyaan terbuka, tetapi penggunaan pertanyaan tertutup pun diperlukan. 
Pertanyaan tertutup atau closed qestion merupakan jenis pertanyaan yang mana jawaban dari pertanyaan tersebut tidak harus berupa penjelasan, artinya jawaban dari pertanyaan tertutup dalam bentuk singkat seperti "ya" dan "tidak".

8. Dorongan Minimal 
Dorongan minimal adalah sebuah upaya yang dilakukan oleh konselor agar klien selalu terlibat dalam pembicaraan. 
Dorongan minimal dapat berupa sebuah ungkapan pendek dan singkat yang dilakukan apabila klien akan mengurangi atau menghentikan pembicaraan, ketika klien kurang memusatkan pembicaraan, dan ketika klien merasa ragu terhadap apa yang dibicarakan oleh klien. 
Tujuan dorongan minimal adalah agar dapat membuat klien terus berbicara dan mengarahkan klien agar pembicaraan klien mencapai tujuan.

9. Interpretasi 
Interpretasi merupakan upaya yang dilakukan oleh konselor untuk mengulas pemikiran, perilaku, pengalaman klien dengan merujuk kepada teori-teori. 
Dalam teknik ini konselor berupaya memberikan penjelasan kepada klien yang bertujuan agar klien mengerti dan memiliki pemahaman serta dapat mengubah pandangannya terhadap sesuatu hal berdasarkan rujukan teori yang dijelaskan oleh konselor.

10. Directing 
Directing adalah suatu teknik dalam proses konseling individual yang bertujuan untuk mengarahkan klien agar klien dapat berpartisipasi secara penuh dalam proses konseling individual. 
Dengan kata lain, bahwa dalam teknik ini konselor mengarahkan klien untuk berbuat sesuatu, misalnya dengan bermain peran dengan konselor atau meminta klien untuk berimajinasi atau mengkhayalkan sesuatu hal.

11. Summarizing 
Summarizing merupakan suatu teknik konseling individual yang dilakukan dengan menyimpulkan sementara pembicaraan klien dalam waktu tertentu. Mengenai waktu kapan akan melakukan summarizing hal ini bergantung kepada konselor. 
Summarizing diperlukan agar klien merasa bahwa konselor benar-benar mendengar dan memahami apa yang telah dibicarakan. Selain itu, untuk menyamakan persepsi mengenai apa yang dibicarakan klien dengan apa yang didenger oleh konselor.

12. Leading 
Leading merupakan teknik konseling individual yang dilakukan konselor untuk memimpin arah pembicaraan dengan klien apabila pembicaraan dan wawancara konseling tidak melantur atau menyimpang sehingga proses konseling akan mencapai tujuan. 
Dengan kata lain, teknik digunakan apabila dalam proses konseling pembicaraan klien melebar, sehingga konsleor perlu untuk memimpin klien agar fokus pada permasalahan klien.

13. Fokus 
Dalam proses konseling individual sering kali klien terpecah perhatiannya sehingga arah pembicaraan klien menjadi melebar. Peran konselor disini harus mampu membuat fokus dengan perhatiannya agar klien dapat memusatkan perhatian pada pokok pembicaraannya. 
Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan seorang konselor yaitu fokus pada diri klien, fokus pada orang lain yang diceritakan klien, fokus pada topik yang tegah dibicarakan klien, dan fokus mengenai budaya klien.

14. Konfrontasi 
Konfrontasi adalah suatu teknik dalam konseling individual yang mana teknik ini dilakukan apabila dalam proses konseling individual, konselor menemukan bahwa gesture atau bahasa tubuh klien tidak sesuai atau tidak konsisten dengan apa yang dikatakan. 
Misalnya dalam proses konseling individual, klien mengatakan dalam keadaan sedih , namun ekspresi dari klien terlihat tersenyum, dalam hal ini konselor akan melakukan teknik konfrontasi.

15. Clarifying 
Clarifying adalah suatu teknik dalam konseling individual untuk menjernihkan atau mengklarifikasi ucapan-ucapan klien yang terdengar samar-samar, kurang jelas, atau agak meragukan. 
Tujuan dari teknik clarifying ini adalah untuk meminta agar klien menyatakan pesannya kembali dengan jelas, dengan ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis serta agar klien menjelaskan, mengulang, dan mengilustrasikan perasaannya.

16. Faciliating 
Faciliating merupakan suatu teknik yang dilakukan untuk membuka komunikasi dengan klien, agar klien dengan mudah membuka pembicaraannya dengan konselor sehingga klien dapat menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas. 
Teknik ini dilakukan apabila konselor mendapati klien merasa kesulitan atau keraguan dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya.

17. Diam 
Teknik diam dalam proses konseling individual juga diperlukan. Diam ini tidak berarti bahwa tidak ada komunikasi yang terjalin antara konselor dengan klien, namun diam merupakan bahasa nonverbal yang ditunjukkan oleh konselor yang dilakukan dengan tujuan untuk menanti klien yang sedang berpikir, atau kondisi dimana konselor dalam keadaan sedang mendengarkan pembicaraan klien. 

Diam yang paling ideal yang dilakukan oleh konsleor yakni berkisar antara 5-10 detik. Tujuan dari diam ini adalah untuk menanti klien yang sedang berpikir dan untuk menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien bebas berbicara.

18. Mengambil Inisiatif 
Teknik Mengambil inisiatif ini dilakukan konselor apabila mendapati klien kurang bersemangat untuk berbicara, hal ini dapat dilihat dari cara klien yang sering diam, dan kurang partisipatif dalam proses konseling individual. 
Dalam hal ini konselor akan mengucapkan kata-kata yang mengajak klien untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi. Tujuan dari teknik ini yakni untuk mengambil inisiatif jika klien kurang bersemangat untuk mengambil keputusan, dan jika klien merasa kesulitan mengambil keputusan serta jika klien kehilangan arah pembicaraan.

19. Memberi Nasehat 
Pemberian nasehat ini dilakukan oleh konselor apabila klien meminta nasehat kepada konselor. Namun meskipun demikian konselor sebaiknya mempertimbangkan nasehat yang diberikan kepada klien merupakan sesuatu hal yang pantas. 
Hal ini disebabkan karena pemberian nasehat tetap harus dijaga agar kemandirian yang merupakan tujuan dari konseling harus tetap dicapai.

20. Pemberian Informasi 
Tidak berbeda dengan pemberian nasehat pemberian informasi ini dilakukan apabila klien meminta sebuah informasi dari konselor, artinya konselor akan memberikan informasi jika klien meminta informasi. 
Namun, perlu diperhatikan bahwa dalam pemberian informasi, konselor harus tetap bersikap jujur, artinya apabila konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dikatakan kepada klien dengan apa adanya, berbeda jika konselor mengetahui informasi yang diminta oleh klien maka konselor akan mengusahakan dan memberinya informasi yang diminta klien.

21. Merencanakan 
Teknik perencanaan ini dilakukan menjelang akhir sesi konseling individual. Perencanaan maksudnya adalah konselor membantu klien untuk membuat perencanaan tindakan-tindakan atau perbuatan dan hal-hal yang harus dilakukan untuk kemajuan dari klien itu sendiri.

22. Menyimpulkan 
Menyimpulkan merupakan suatu teknik yang terdapat pada akhir sesi konseling individual. Dalam teknik ini konselor membantu klien untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut perasaan klien setelah melakukan proses konseling. 
Selain itu pada tahap akhir sesi konseling, klien akan memantapkan rencana yang telah dibuat, dan pokok-pokok yang dibicarakan pada sesi berikutnya apabila sesi konseling individual masih berlanjut.

Asas-Asas Konseling 


Asas-asas bimbingan dan konseling yaitu asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan dan tut wuri handayani. Adapun penjelasan mengenai asas-asas tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Asas Kerahasiaan. Asas kerahasiaan ini menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta (klien) yang menjadi sasaran layanan. Dalam hal ini pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin.
  2. Asas Kesukarelaan. Jika asas kerahasiaan benar-benar sudah tertanam pada diri klien, maka sangat dapat diharapkan bahwa mereka yang mengalami masalah akan dengan sukarela membawa masalahnya itu kepada pembimbing untuk meminta bimbingan.
  3. Asas Keterbukaan. Bimbingan dan konseling yang efisien hanya berlangsung dalam suasana keterbukaan. Baik klien maupun konselor harus bersifat terbuka. Keterbukaan ini bukan hanya sekadar berarti bersedia menerima saran-saran dari luar tetapi dalam hal ini lebih penting dari masing-masing yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah yang dimaksud.
  4. Asas Kekinian. Masalah individu yang ditanggulangi adalah masalah yang sedang dirasakan bukan masalah yang sudah lampau, dan bukan masalah yang akan dialami masa mendatang. Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh menunda-nunda pemberian bantuan. Dia harus mendahulukan kepentingan klien dari pada yang lain.
  5. Asas Kemandirian. Dalam memberikan layanan pembimbing hendaklah selalu menghidupkan kemandirian pada diri orang yang dibimbing, jangan sampai orang yang dibimbing itu menjadi tergantung kepada orang lain, khususnya para pembimbing/ konselor.
  6. Asas Kegiatan. Usaha layanan bimbingan dan konseling akan memberikan buah yang tidak berarti, bila individu yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan. Hasil-hasil usaha bimbingan tidak tercipta dengan sendirinya tetapi harus diraih oleh individu yang bersangkutan.
  7. Asas Kedinamisan. Upaya layanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan dalam individu yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan tidaklah sekadar mengulang-ulang hal-hal lama yang bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang lebih maju.
  8. Asas Keterpaduan. Layanan bimbingan dan konseling memadukan berbagai aspek individu yang dibimbing, sebagaimana diketahui individu yang dibimbing itu memiliki berbagai segi kalau keadaanya tidak saling serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah. 
  9. Asas Kenormatifan. Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma hukum/negara, norma ilmu ataupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
  10. Asas Alih tangan. Asas ini mengisyaratkan bahwa bila seorang petugas konseling sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu klien belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka petugas ini mengalih-tangankan klien tersebut kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli.
  11. Asas Tutwuri handayani. Asas ini menunjukkan pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara pembimbing dan yang dibimbing.


Jasa layanan online kami dirancang khusus untuk anda dan apa yang dibutuhkan tubuh dan pikiran anda. Cukup hubungi kami untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan anda atau untuk membuat janji.