Prinsip Pengobatan Usada Bali vs Ilmu Modern Medis (Barat)
Sakit dan kematian adalah kuasa Sang Waktu yang tidak seorang pun mampu melawannya. Manusia hanya diberi kuasa untuk merawat kesehatannya dan berusaha hidup lebih lama. Kesehatan adalah modal utama untuk mencapai kebahagiaan hidup jasmani dan rohani. 

Dengan mencermati berbagai tren global, seperti penyembuhan dengan energi yang semakin terbuka dan kompetitif, maka pengobatan dengan spirit usada Bali diharapkan mampu dijadikan strategi sosiokultural guna mengoptimalisasikan potensi ini. 

Oleh karenanya, pengembangan usada di Bali dilakukan secara Holistik, baik pada dimensi pengetahuan, nilai, aktivitas, maupun produk. Penelitian dan pengembangan usada secara ilmiah, peningkatan profesionalitas balian, penegakan kode etik (sasananing balian), dan kualitas produk ramuan tradisional Bali, merupakan elemen-elemen penting yang harus diintegrasikan dalam pengembangan Usada Bali.

Pentingnya menjaga kesehatan raga sebagai salah satu landasan untuk mewujudkan tujuan hidup telah menginspirasi para maharshi untuk mengembangkan ilmu kesehatan Ayurveda. Kitab Ayurveda berisi uraian menyeluruh tentang penyakit [vyadhi, rogha], pengobatan dan penyembuhan dengan energi. Ayurveda mengajarkan jalan untuk panjang umur [ayur, ayus] dengan raga yang tetap sehat [svashtya, svastha] hingga usia lanjut. Mengingat tidak ada gunanya berumur panjang namun sakit-sakitan, karena itu justru akan mengakibatkan penderitaan yang berkepanjangan.

Ayurveda mengembangkan pendekatan kesehatan secara holistik meliputi usaha membangun kesehatan fisik, mental, dan jiwa. Menurut Ayurveda, manusia disebut sehat apabila seluruh sistem tubuh berada dalam kondisi seimbang sehingga mampu bekerja sekaligus berfungsi dengan baik. Sistem tubuh manusia dikendalikan oleh unsur humoral yang disebut tridosha, yakni unsur api [pitta], unsur air [kapha], dan unsur udara [vatta, vayu]. Apabila unsur pitta bereaksi dan jumlahnya meningkat, maka badan menjadi panas. Apabila unsur kapha bereaksi, maka badan menjadi dingin dan berair. Namun bila unsur vatta atau vayu. bereaksi, maka tubuh menjadi panas-dingin atau dumalada, sehingga walaupun suhu luar tubuh panas, ia malah menggigil kedinginan. Mula-mula, hampir semua penyakit menunjukkan ketiga gejala tersebut.

Ilmu kesehatan Ayurveda menerapkan dua sistem pengobatan holistik, yakni sistem daya pesona (magico-religius) dan empiris rasional (empirico-racional). 

Sistem ini memadukan pendekatan religius magis, kejiwaan, dan penggunaan ramuan obat-obatan yang bersumber dari bahan-bahan alami. Sistem Ayurveda juga telah mengembangkan cara mendiagnosis penyakit melalui tiga cara pemeriksaan [trividha pariksha], meliputi pengamatan [darshana pariksha], perabaan atau sentuhan [sparshana pariksha], dan tanya jawab [prashna pariksha]. Metode diagnosis ini berkembang lagi pada unit-unit yang lebih spesifik, seperti pemeriksaan denyut [nadi pariksha], bola mata [netra pariksha], lidah [jihwa pariksha], dan seterusnya, yang menunjukkan kompleksitas pola diagnosis yang diterapkan dalam Ayurveda.


Usada Bali dan Tantangan Modernitas 

Sebagian kalangan memang menyatakan bahwa usada Bali dipengaruhi oleh Ayurveda, tetapi tidak dapat diabaikan pula peran pengetahuan asli masyarakat [indigenous knowledge] dan pengaruh kebudayaan lainnya.

Usada Bali sebagai kearifan lokal tentu harus dilestarikan dan diberdayakan sebagai upaya integral untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang seiring jalan dengan tujuan pembangunan di bidang kesehatan. Walaupun demikian, upaya ini tentu bukan perkara yang mudah terutama di tengah-tengah pesatnya perkembangan sistem medis modern. Apalagi elemen-elemen mendasar yang membangun sistem usada Bali, seperti kepercayaan, etiologi, diagnosis, serta metode pengobatan, acap kali bertentangan dengan sistem medis modern. Struktur ilmu pengetahuan bahkan telah memosisikan medis modern sebagai ‘satu-satunya’ ilmu kesehatan yang memenuhi prasyarat ilmiah, yakni sistematis, metodis, logis, dan berlaku umum.  

Perbedaan mendasar ini mendorong lahirnya klasifikasi umum dalam studi antropologi kesehatan yang membedakan sistem pengobatan menjadi dua, yaitu medis modern (Barat) dan medis tradisional (non-Barat).

Sistem medis modern atau biomedis yang dikembangkan di dunia Barat bertumpu pada prosedur ilmiah yang terukur serta teruji secara empiris, misalnya melalui eksperimen dan uji laboratorium. Sebaliknya, sistem medis tradisional atau etnomedis dilandasi oleh kepercayaan serta praktik-praktik masyarakat lokal yang terkait dengan kesehatan dan penyakit. 

Kedua sistem kesehatan ini dipandang berdiri sendiri dengan sistem pengetahuan, konsep, dan teorinya masing-masing. Jadi tegaslah bahwa menurut antropologi kesehatan, Usada Bali dapat diklasifikasikan sebagai pengobatan tradisional [ethnomedicine] etnis Bali yang memiliki sistem pengetahuan, konsep-konsep, dan teori pengobatan spesifik.  

Walaupun usada Bali memiliki otonomi pengetahuannya sendiri, tetapi kedudukannya dalam struktur ilmu pengetahuan ilmiah tetap terpinggirkan sehingga tidak mampu berkembang sepesat ilmu medis modern. Penyebabnya tentu karena struktur ilmu pengetahuan telah dikonstruksi sedemikian rupa dalam paradigma modern atau cara pandang Barat. Oleh karena itu, segala sesuatu yang bertentangan paradigma modern tidak dipandang sebagai pengetahuan ilmiah. Dalam perkembangan modernitas di seluruh dunia, perbedaan antara modern ‘Barat’ dan tradisional ‘non-Barat’ nyaris selalu dibentuk dalam hierarki beroposisi: maju–terbelakang; rasional–irrasional; ilmiah–tidak ilmiah, dan seterusnya yang semakin melanggengkan hegemoni Barat atas non-Barat.  

Ketika arus modernisasi terus melaju, westernisasi justru mengalami penurunan, dan kebudayaan pribumi mengalami kebangkitan. Modernisasi memberi kekuatan sivilisasional bagi masyarakat non-Barat, sehingga semakin memperkokoh komitmen mereka untuk mengembangkan budaya pribumi. Kebangkitan kebudayaan pribumi menjadi keniscayaan kultural di tengah semakin derasnya arus modernisasi. Kebangkitan dan revitalisasi budaya lokal (termasuk agama di dalamnya), saat ini teridentifikasi sebagai kekuatan-kekuatan baru yang menjadi penyeimbang, bahkan kontrahegemoni atas kemapanan budaya modern yang begitu perkasa.

Kendatipun menghadapi berbagai tantangan, usada Bali terbukti mampu bertahan, bahkan kembali menggeliat di tengah gempuran budaya modern yang begitu dahsyat. Masih kuatnya keyakinan masyarakat terhadap penyebab penyakit nonmedis menjadi salah satu alasan praktik pengobatan usada Bali masih diminati. 

Bagi masyarakat tradisional Bali, etiologi ini memberi ruang serta motivasi untuk tetap memanfaatkan jasa pengobat tradisional Bali [balian] karena diyakini mampu menyembuhkan secara sakala dan nishkala. Selain itu, kebertahanan usada Bali juga tidak lepas dari kemampuan balian dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial budaya modern.

Usada memiliki beberapa kesamaan prinsip dengan homeopati (sistem pengobatan yang bertumpu pada cara kerja obat yang berasal dari bahan-bahan alami, khususnya tanaman, binatang, dan mineral). Homeopati banyak dikembangkan ilmuwan Barat, meskipun bertentangan dengan prinsip alopati (medis modern). 


Spirit Kebangkitan Taksu Pengobatan Bali

Kebangkitan peran budaya menjadi fenomena global yang membangun tatanan dunia baru dengan multipolaritas serta multisivilisasionalitasnya. Masyarakat serta negara-bangsa mulai mengidentifikasi diri berdasarkan asal-usul (keturunan), agama, bahasa, sejarah, nilai-nilai, adat kebiasaan, dan institusi-institusi sosial.

Penyebaran spirit kebangkitan budaya ini salah satunya ditandai dengan menguatnya artikulasi identitas kultural, serta komitmen masyarakat non-Barat untuk merevitalisasi budaya pribumi, baik sebagai kekuatan penyeimbang maupun kontra-hegemoni atas budaya modern -Barat. 

Hal ini juga berlangsung pada bidang kesehatan yang ditandai dengan penyebarluasan pengetahuan dan produk-produk pengobatan tradisional dalam percaturan wacana kesehatan global.

Ayurveda adalah salah satu contoh sistem pengobatan tradisional Timur yang perkembangannya terbilang paling mengesankan, bahkan mendominasi wacana kesehatan tradisional dunia, dan sistem pengobatan tradisional lainnya menginspirasi kemajuan pengetahuan kedokteran modern saat ini.  

Ayurveda yang mengintegrasikan terapi badan, pikiran, dan jiwa [body-mind-soul] berhasil mengembangkan pola-pola terapi kesehatan yang banyak diikuti masyarakat dunia, bahkan menjadi gaya hidup, misalnya yoga dan pengobatan energi prana.

Penyembuhan (Usada) dengan energi vital (Prana) sebagai bagian budaya pengobatan tradisional Bali dan tradisi yoga tentu harus mengambil peran strategis dalam upaya tersebut. Apalagi Usada dengan Prana memiliki literatur pengobatan yang melimpah untuk dikaji dan dikembangkan secara komprehensif.

Revitalisasi Usada Prana dengan mengadaptasi cara-cara yang lebih modern tentu harus dilakukan, selama tidak bertentangan dengan nilai dan norma [sasana] yang berlaku dalam pengobatan tradisional Bali. Spirit kebangkitan ini juga telah mendapatkan dukungan dari kalangan medis modern agar Usada dengan Prana dapat membangun otonomi dan kemandiriannya sebagai bagian penting dari solusi kesehatan masyarakat. 


Ranah Usada Prana Bali

Kondisi ideal yang hendak dicapai dari pengembangan Usada Prana Bali meliputi kemapanan usada dengan transformasi Energi vital (Prana) dalam struktur masyarakat modern, sekaligus profesionalitas pengusada serta tenaga kesehatan tradisional lainnya. Idealisme ini niscaya akan terwujud apabila setiap peluang dioptimalkan pada ranah yang tepat. Ranah dimaksud adalah ranah kekuatan yang menjadikan segenap potensi eksis dan berkembang secara optimal. 

Dengan bertumpu pada pendekatan adaptasi dialektis, ranah produktif bagi pengembangan Usada Prana Bali dapat diidentifikasikan antara lain: pengetahuan dan keterampilan, praktik terapi pengobatan serta aturan etik.

Usada Prana Bali dapat dipandang sebagai sistem pengetahuan realitas dan nonrealitas. 

Artinya, proses ini seluruhnya melibatkan sistem pengetahuan realitas, juga menerima sistem pengetahuan nonrealitas seperti kepercayaan dan kekuatan supranatural yang dipercaya kebenarannya, walaupun tidak dapat dibuktikan secara empiris, juga sulit diterima nalar. 

Kedua sistem pengetahuan ini, dalam kepercayaan kesehatan masyarakat Bali disebut Sakala-Nishkala

Prinsip dasar Usada Prana Bali adalah kepercayaan terhadap sakala dan nishkala, di mana kepercayaan ini mendasari seluruh sistem pengobatannya.  

Sistem pengobatan yang diterapkan secara natural [sakala] ditandai dengan penggunaan teknik pengobatan tertentu, menggunakan sarana dan prasarana, misalnya ramuan herbal yang bersumber dari alam. 

Sementara itu, aspek supranatural dilakukan dengan memohon anugerah Tuhan [nunas ica] dan sarana pengobatan dilakukan dengan transfer energi vital kehidupan (prana) tanpa sentuhan dan menggunakan sarana berupa air yang yang diberi energi. 

Karakteristik tersebut juga melahirkan pendekatan holistik dengan mengutamakan keseimbangan antara fisik, pikiran, dan jiwa. Pendekatan tersebut bertalian erat dengan kepercayaan terhadap tiga penyebab penyakit [dukha telu], yakni adhidaiwika dukha sebab rohani, adhyatmika dukha sebab psikis atau pikiran, dan adhibhautika dukha sebab natural atau fisikal. 

Artinya, penyakit diyakini tidak hanya bersumber dari faktor-faktor alamiah yang menyerang fisik manusia, tetapi juga faktor psikis dan rohani sehingga pendekatannya pun harus holistik dengan tujuan untuk mengatasi ketiga penyebabnya.  Pendekatan holistik tersebut kerap melahirkan efek yang lebih cepat dirasakan oleh pasien, terutama karena sugesti yang diterima. 

Dalam antropologi kesehatan, efek ini dapat dijelaskan berdasarkan persepsi atas illness [rasa sakit] dan disease [penyakit]. Kepastian tentang kondisi penyakit merupakan dimensi disease, sebaliknya dimensi illness lebih menyasar psikis pasien. 

Jadi pendekatan holistik yang digunakan dalam sistem Usada Prana Bali sesungguhnya menyasar illness dan desease sekaligus.

Holistik bukan berarti mencampuradukkan sistem medis modern dan tradisional, tetapi keduanya mampu mengambil peran dan fungsinya masing-masing sesuai dengan keahlian yang dimiliki. 

Pelayanan kesehatan holistik harus dibangun dengan prinsip kesejajaran, saling melengkapi, dan saling mendukung.

Pengobatan tradisional Bali memiliki potensi besar untuk mengkonstruksi wacana medis tradisional yang dapat berterima dengan saintifik modern. Mengingat Usada Bali memiliki kekayaan pengetahuan mengenai pengobatan dalam lontar-lontar usada yang didukung dengan kekayaan hayati sebagai bahan dasar obat. Sumber daya biokultural tersebut juga didukung dengan budaya pengobatan tradisional yang masih berkembang di masyarakat hingga kini.

Kemampuan seorang penyembuh berkaitan erat dengan keahlian pengobatan yang bersumber dari pengalaman (Taksu), kekuatan anugerah yang dimiliki (Siddhi) dan keahlian dari sastra-sastra (Tattva). 

Kemampuan ini memberi kekuasaan yang spesifik kepada para penyembuh dalam melaksanakan praktik pengobatan yang tidak dimiliki pengobatan lain.